Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Lombok
Al Qur’an
yang terbawa saat perdagangan
Sumber : Buletin NTB
Sumber : Buletin NTB
A. Labuan Lombok Pusat Perdagangan
Sejak abad ke 13 Masehi Labuan Lombok banyak
dikunjungi para pedagang yang berasal dari Palembang, Banten, Gresik dan
Sulawesi. Dengan demikian agama Islam mulai merasuki Lombok. Mula-mula
kedatangan mereka untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang
bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Sampai sekarang
pun masih dapat kita lihat bekas-bekasnya seperti perkampungan Bugis di Labuan
Lombok. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan. Dalam hubungan
itu timbul rasa saling hormat menghormati dan harga menghargai. Dengan sadar
atau tidak sadar terjadilah ambil mengambil dan pengaruh mempengaruhi dalam
berbagai bidang seperti budaya dan agama. Yang dianggap baik dan cocok diterima
sedangkan yang tidak cocok ditinggalkan.
Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para
pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat
para pedagang sehingga semakin ramai. Selanjutnya melalui saluran perdagangan
tersebut terbawa pula kitab-kitab kesusateraan yang bernafaskan agama Islam
seperti Roman Yusuf, Serat menak. Selain itu juga, Al Qur’an terbawa oleh para
pedagang untuk mengaji di tempatnya masing-masing.
Ketika berkembang pesatnya perdagangan rempah-rempah,
di Bali dan Lombok sudah berkembang perdagangan sarung yang diangkut oleh
kapal-kapal dari Gresik.. Menurut Wisselius kemungkinan besar bahwa sejak
abad ke-14, pedagang-pedagang muslim telah melakukan pelayaran dan
perdagangan di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Madura Pesisir
Timur pulau Lombok, pulau-pulau Sunda Kecil sampai ke Maluku. Dengan demikian
penyebaran agama Islam di pulau Lombok melalui perdagangan, perkawinan, dan
juga melalui seni sastra, ukir, pewayangan dan lain-lain.
B. Berkembangnya Agama Islam
Agama Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama
setelah runtuhnya kerajaan Majapahit karena pada waktu itu sudah ada
pedagang-pedagang muslim yang bermukim dan berniaga di Lombok kemudian mereka
menyebarkan agamanya. Bukti yang paling eksplisit menjelaskan kedatangan Islam
di Lombok adalah Babat Lombok yang menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri
memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke
Indonesia Bagian Utara yaitu
1. Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim
ke Banjar
2. Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore,
Seram, Selayar
3. Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen
berlayar ke Bali, Lombok, dan Sumbawa
Menurut Faille, setelah turun dari kapal, pasukan
pangeran Prapen mendarat, Raja Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam
tetapi rakyatnya tetap menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan
oleh pihak Islam. Pendapat lain menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya
menolak kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya
yaitu untuk menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun diterima
dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja Lombok ingkar janji
dan mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan itu,
Raja Lombok terdesak dan melarikan diri tetapi malang bagi raja yang dikejar
oleh Jayalengkara lalu beliau dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau
kemudian diampuni dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta dikhitan.
Masjidpun segera dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah dimusnahkan.
Seluruh rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita penghitanannya
ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok.
Setelah berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan
Perapen dengan pasukannya mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti
Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok
Utara). Hal ini memiliki bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi seperti
mesjid-mesjid tua, makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam mengislamkan
kedatuan-kedatuan lainnya, sebagiannya masuk Islam dengan sukarela sebagian
lagi masuk Islam dengan cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi. Setelah
itu beberapa tahun kemudian seluruh Lombok memeluk agama Islam, kecuali
Pajarakan dan Pengantap.
C. Sunan Prapen Kembali ke Lombok
Sesuai dengan misi yang diemban dari Ratu Sunan
Giri, maka setelah mengislamkan kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Lombok, maka
Sunan Prapen melanjutkan penyebaran Islam ke Sumbawa, Dompu dan Bima.
Sepeninggal Sunan Perapen, keadaan agama Islam di Lombok sangat menyedihkan
karena kaum wanitanya menolak memeluk agama yang baru itu. Hal ini sangatlah
beralasan karena masih kuatnya pengaruh agama sebelumnya dan juga adanya
pengaruh dari Karang Asem di Bali sebagai kerajaan yang kuat dan tangguh.
Timbulnya permasalahan ini kemudian Sunan Prapen
kembali lagi dan mendarat di Lombok melalui Sugian untuk menyerang penduduk
yang masih kafir. Menurut Van der Kraan, dalam penyerangan ini penduduk
Lombok terpecah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu ;
1. Kelompok yang melarikan diri dan mengungsi
ke gunung-gunung masuk hutan dikenal dengan Orang Boda,
2. Kelompok yang takluk dan masuk Islam
dikenal sebagai Waktu Lima,
3. Kelompok yang hanya takluk di bawah
kekuasaan Sunan Perapen dikenal sebagai Penganut Wetu Telu.
Rencana Sunan Perapen untuk mengislamkan Pulau Bali
terpaksa ditunda karena mendapat perlawanan dari Dewa Agung Gelgel yaitu Dewa
Agung Batu Renggong yang pada pertengahan abad ke-16 berusaha membendung
penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh orang-orang Jawa dari arah barat
maupun orang-orang Makasar dari arah Timur. Oleh sebab itu, pengaruh Kerajaan
Gelgel di bagian barat Pulau Lombok yang besar sehingga Sunan Prapen mendarat
di pantai timur (Labuan Lombok).
D. Penyebaran Islam di Bayan
Kompleks
Mesjid Bayan Beleq
Sumber : Museum Negeri NTB
Sumber : Museum Negeri NTB
Sekitar abad ke-16, penyebaran agama Islam juga masuk
melalui pantai utara Bayan dan dari arah barat sekitar Tanjung. Pembawanya adalah
seorang syekh dari Arab Saudi bernama Nurul Rasyid dengan gelar sufinya Gaoz
Abdul Razak. Makamnya terletak di Kuranji di sebuah desa pantai barat daya
Lombok. Gaoz Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara yang disebut dengan
Bayan. Ia pun menetap dan berdakwah di sana mengawini Denda Bulan yang
melahirkan seorang anak bernama Zulkarnaen. Keturunan inilah
yang menjadi cikal bakal raja-raja Selaparang. Kemudian Gaoz
Abdul Razak mengawini lagi Denda Islamiyah yang melahirkan Denda Qomariah yang
populer dengan sebutan Dewi Anjani.
Berita lain menyebutkan, Sunan pengging, pengikut
Sunan Kalijaga datang ke Lombok pada tahun 1640 untuk menyiarkanagama
Islam (sufi). Ia kawin dengan putri dari kerajaan Parwa sehinggga meninmbulkan
kekecewaan raja Goa. Selanjutnya, raja Goa menduduki Lombok pada tahun 1640.
Sunan Pengging terkenal dengan nama Pangeran Mangkubumi lari ke Bayan. Salah
satu bukti yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran agama
Islam adalah Mesjid Kuno Bayan Beleq.
E. Penyebaran Islam di Pujut
Tokoh legendaris penyebar Agama Islam adalah
Wali Nyatok. Dalam tradisi lisan Wali Nyatok dikenal sebagai penyebar Agama
Islam di Lombok Bagian Selatan dan sekitarnya. Nama lain Wali Nyatok adalah
Sayid Ali atau Sayid Abdurrahman. Sayang sekali
pada batu nisannya tidak ada inskripsi yang menyebut
nama tokoh meskipun dari segi tipologi tergolong tua. Mesjid di Rembitan sering
dikaitkan dengan tokoh Wali Nyatok. Salah satu bukti yang paling konkrit adalah
Masjid kuno Rembitan. Bangunan ini merupakan prototipe mesjid-mesjid tua.
Secara kronologis diperkirakan sekitar abad ke 16.
Salah satu penyebar Islam di Lombok Selatan adalah
Pangeran sangupati. Pangeran Sangupati adalah putra Selaparang yang dianggap
Waliyullah, ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf dan
Fiqh.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Pangeran Sangupati berasal dari Jawa yang
sengaja berkelana untuk menyebarkan Agama Islam dan memiliki nama asli di Jawa
yaitu Aji Datu Semu, sedangkan, di Sumbawa dikenal dengan nama Tuan Semeru.
Pendapat lain menyebutkan Pangeran Sangupati adalah
tokoh agama Hindu yang menyebarkan agama Hindu di kalangan ummat Islam karena
Islam yang dianut oleh para penduduk masih sangat lemah, maka beliau
menyebarkan agama Islam Waktu Telu (Wetu Telu) suatu bentuk peralihan dari
agama Boda tua ke agama Waktu Lima dan dia dikenal dengan nama Pedanda Wau
Rauh.
Selain tokoh-tokoh tersebut ada juga yang
disebut-sebut sebagai penyebar Agama Islam di Lombok yaitu Al-Fadal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar